Sabtu, 16 Mei 2009

pengaruh rokok

Rokok merupakan benda yang sudah tidak asing lagi bagi kita. Sebuah benda yang katanya menjadi kebanggaan bagi setiap laki – laki yang membawanya. Bahkan wanitapun ada yang mengkonsumsi benda satu ini. Merokok sudah menjadi kebiasaan yang sangat umum dan meluas di tengah–tengah masyarakat. Bahaya merokok terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan banyak orang. Efek-efek yang merugikan akibat merokok pun sudah diketahui dengan jelas.

Banyak penelitian membuktikan kebiasaan merokok meningkatkan risiko timbulnya berbagai penyakit seperti penyakit jantung dan gangguan pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring, kanker osefagus, bronkhitis, tekanan darah tinggi, impotensi serta gangguan kehamilan dan cacat pada janin. Peringatan pemerintah tentang merokok juga terdapat di setiap bungkus rokok.

Tetapi sepertinya itu hanya sebuah peringatan usang yang mungkin sudah tidak dianggap lagi. Kita bisa melihat hampir semua laki–laki merokok bahkan seorang dokter yang tahu mengenai kesehatanpun ada yang menghisap benda berasap ini. Sehubungan dengan kebiasaan merokok, ada yang aneh dengan bangsa ini. Jika negara lain menunjukkan trend penurunan kebiasaan merokok, di Indonesia justru memperlihatkan kenaikan meski masih dililit problem ekonomi. Lebih celaka lagi, biaya yang dikeluarkan masyarakat untuk konsumsi rokok justru jauh lebih besar dibandingkan anggaran kesehatan per kapita.

Dengan adanya perusahaan rokok di Indonesia ini sebenarnya menguntungkan atau merugikan bagi Negara maupun rakyat Indonesia. Kalau kita lihat kembali, di sisi lain menguntungkan tapi disisi lain juga merugikan.

Dikatakan menguntungkan karena dengan adanya perusahaan rokok, pengangguran di Indonesia bisa sedikit terkendali karena perusahaan rokok menampung tenaga kerja yang tidak sedikit. Dan dengan adanya perusahaan rokok, masyarakatpun ada yang menjadi petani tembakau, petani cengkeh dan itu artinya dengan adanya perusahaan rokok itu bisa menambah penghasilan bagi masyarakat menengah ke bawah. Perusanaan rokok juga berpartisipasi dalam bidang pendidikan yaitu dengan mengadakan program beasiswa bagi pelajar yang kurang mampu maupun yang berprestasi. Seperti beasiswa Djarum, beasiswa Sampoerna, dan lain sebagainya.

Perusahaan rokok juga terlibat didalam pencarian bakat di bidang seni yaitu mencari band – band pendatang baru yang siap berkompetisi di bidang musik. Seperti Class Mild Music, LA Light Music dan lain sebagainya. Perusahaan rokok juga terlibat di dalam bidang olah raga yaitu dengan adanya Liga Djarum untuk mencari bintang – bintang sepak bola tanah air. Perusahaan rokok juga menambah pemasukan bagi negara dari cukai dan pajak. Dan masih banyak lagi yang lainnya yang telah dilakukan oleh perusahaan – perusahaan rokok untuk bangsa Indonesia yang berifat positif.

Kalau bicara kerugian dari merokok, tidak ada orang yang tidak tahu kerugiannya dan di setiap bungkus rokokpun sudah ada peringatannya. Dan juga dengan adanya perusahaan rokok, udara menjadi tercemar, membuang uang secara sia – sia dengan membeli rokok hanya untuk di bakar, dan masih segudang kerugian dari merokok tersebut.

Menurut WHO, rata-rata orang Indonesia menggunakan 15% uangnya untuk membeli rokok. Memang belum angka yang luar biasa, jika dibandingkan Bangladesh, yang rata-rata penduduknya menghabiskan sepuluh kali lipat hanya untuk rokok dibanding yang dihabiskan untuk pendidikan. Biaya yang harus dikeluarkan seorang perokok tiap tahunnya sangat besar. Dengan asumsi sehari rata-rata seorang perokok menghabiskan sebungkus rokok dengan harga Rp 5.000 per bungkus, dalam sebulan ia harus mengeluarkan uang Rp 150.000 dan dalam setahun Rp 1.825.000. Uang sebanyak itu bisa kita hemat jika kebiasaan merokok dikurangi. Selain kita bisa memiliki cadangan uang yang bisa digunakan untuk keperluan lain, mengurangi kebiasaan merokok juga sangat menyehatkan, terutama sehat dari penyakit yang berhubungan dengan paru-paru dan jantung. Efek putus rokok biasanya merasa gelisah, susah tidur, kadang depresi, dan lain sebagainya.

WHO memperkirakan bahwa 59% laki - laki berusia di atas 10 tahun di Indonesia telah menjadi perokok harian. Diperkirakan, konsumsi rokok Indonesia setiap tahun mencapai 199 miliar batang rokok atau urutan ke-4 setelah RRC (1.679 miliar batang), AS (480 miliar), Jepang (230 miliar), dan Rusia (230 miliar). Dalam sepuluh tahun terakhir, konsumsi rokok di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 44,1% dan jumlah perokok mencapai 70% penduduk Indonesia. Yang lebih menyedihkan lagi, 60% di antara perokok adalah kelompok berpenghasilan rendah. Tingginya konsumsi merokok dipercaya bakal menimbulkan implikasi negatif yang sangat luas, tidak saja terhadap kualitas kesehatan, tetapi juga menyangkut kehidupan sosial dan ekonomi.

Hasil penelitian menunjukkan hampir 70% perokok Indonesia mulai merokok sebelum mereka berumur 19 tahun. Banyaknya perokok pemula di kalangan anak-anak dan remaja mungkin karena mereka belum mampu menimbang bahaya merokok bagi kesehatan dan dampak adiktif yang ditimbulkan nikotin. Perokok mungkin beranggapan bahwa mereka sendirilah yang menanggung semua bahaya dan risiko akibat kebiasaannya, tanpa menyadari bahwa sebenarnya mereka juga memberikan beban fisik dan ekonomi pada orang lain di sekitarnya sebagai perokok pasif.

Tapi terkadang bagi orang yang tidak merokok terkadang merasa seperti dikucilkan oleh teman–teman yang merokok dan terkadang di katakan banci oleh mereka atau dikatakan kurang gaul. Dan orang perokok itu pada awalnya hanya coba – coba, hanya ingin menghormati teman yang memberikan rokok karena semua teman dalam kelompok itu merokok, karena stess banyak masalah, karena agar dianggap gaya, dan lain sebagainya. Yang menghisap benda beracun ini bukan hanya orang dewasa yang sudah bekerja tetapi anak–anak usia sekolahpun menikmatinya. Terkadang di sekolah di terapkan peraturan bagi siswanya dilarang merokok di dalam kelas maupun di lingkungan sekolah, tetapi gurunya sendiri terkadang memberi contoh dengan merokok di dalam kelas ketika mengajar. Padahal seorang ” guru ” itu adalah orang yang ” harus digugu dan ditiru ” setiap perkataan dan tindakannya. Karena seorang guru itu merupakan panutan bagi setiap siswa di sekolahnya.

Terkadang orang tua melarang anaknya merokok, tapi orang tuanya sendiri merupakan perokok berat. Tidak mudah untuk bisa berhenti merokok bagi seorang perokok, apa lagi bagi seorang pecandu rokok berat. Lingkungan yang tidak mendukung seseorang ingin berhenti merokok di antaranya pada saat main kartu/catur, sedang menunggu, stres, minum kopi, habis makan, dan jumpa teman lama yang perokok. Oleh karena itu untuk berhenti merokok itu tidak bisa karena hanya orang lain melinkan karena dirinya sendiri dengan niat dari hati dan dibantu oleh lingkungan yang mendukung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar